BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu aspek penting dalam dalam pendidikan saat ini yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai konsep pendididkan untuk orang dewasa Tidak selamanya kita bicara dan mengulas seputar peserta didik yang berusia muda (andragogi). Pada kenyataannya, bahwa tidak sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan baik pendidikan, formal maupun nonformal misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan, kursus-kursus, penataran, dan sebagainya.
Kematangan fisiologi orang dewasa sebagai pribadi yang mampu mengarahkan diri sendiri ini mendorong timbulnya kebutuhan psikologi yang sangat dalam. Kebutuhan tersebut adalah keinginan untuk dipandang dan di perlakukan orang yang lain sebagai pribadi yang mandiri, bukan diarahkan, dipaksa, apalagi dimanipulasi oleh orang lain. Apabila orang dewasa menghadapi situasi yang tidak memungkinkan dirinya menjadi diri sendiri, maka mereka akan merasa tertekan dan merasa tidak tenang.
Pemahaman terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa tentu saja mempunyai arti penting bagi para pendidik atau fasilator dalam menghadapi orang dewasa sebagai siswa. Berkembangannya pemahaman kondisi perkembangan orang dewasa semacam itu tumbuh dalam teori yang dikenal dengan nama Andragogi. Andragogimerupakan ilmu yang memiliki dimensi luas dan mendalam akan teori belajar dan cara mengajar.
Secara singkat, Andragogi memberikan dukungan dasar yang esensial bagi kegiatan pembelajaran orang dewasa. Salah satu masalah dalam pengertian Andragogiadalah adanya pandangan yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat transfer pengetahuan.
1.2 Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari makalah ini pembaca diharapkan mampu:
1. Menjelaskan penerapan konsep Andragogi dalam pendidikan keperawatan.
2. Menjelaskan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa.
3. Mendiskusikan beragam model pembelajaran yang tepat.
4. Menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi proses pembelajaran orang dewasa.
1.3 Tujuan Penulisan
Setelah mempelajari materi ini,peserta didik keperawatan diharapkan memiliki kemampuan untuk mengetahui Komunikasi keperawatan pada setting pelayanan kesehatan, komunikasi antarprofesional kesehatan serta komunikasi dalam proses keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembelajaran Orang Dewasa
Pemahaman terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa tentu saja mempunyai arti penting bagi para pendidik atau fasilator dalam menghadapi orang dewasa sebagai siswa. Berkembangannya pemahaman kondisi perkembangan orang dewasa semacam itu tumbuh dalam teori yang dikenal dengan nama Andragogi. Andragogimerupakan ilmu yang memiliki dimensi luas dan mendalam akan teori belajar dan cara mengajar.
Secara singkat, Andragogi memberikan dukungan dasar yang esensial bagi kegiatan pembelajaran orang dewasa. Salah satu masalah dalam pengertian Andragogiadalah adanya pandangan yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat transfer pengetahuan.
2.1.1 Pengertian Andragogi
Andragogi berasal dari bahasa Yunani, Andros (berarti orang dewasa) danAgogus (berarti memimpin). Istilah lain yang kerap kali digunakan sebagai perbandingan adalah pedagogi yang berasal dari kata paid (berarti anak) dan Agogus (bararti memimpin). Dengan demikian, secara harfiah pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak. Oleh karena pedagogi merupakan seni atau pengetahuan mengajar anak, maka apabila memakai istilah pedagogi untuk orang dewasa jelas kurang tepat, sebab mengandung yang bertentangan. Menurut Kartini Kartono (1997), andragogi adalah ilmu membentuk manusia yaitu membentuk kepribadian seutuhnya, agar ,mereka mampu mandiri ditngah lingkungan sosialnya. Maka, andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai seni dan pengetahuan mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang dapat mengarahkan diri sendiri, maka dalam andragogi yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari peserta didik, bukan kegiatan mengajar dosen.
2.1.2 Kebutuhan Belajar Orang Dewasa
Pendidikan bagi orang dewasa dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, baik formal maupun nonformal. Pendidikan nonformal itu sendiri merupakan kelanjutan atau pengganti pendidikan formal, seperti kursus dan pelatihan kerja di pergurguruan tinggi. Hal ini membuat orang dewasa mampu mengembangkan kemampuan, keterampilan, memperkaya khasanah pengetahuan, dan meningkatkan kualifikasi keteknisan atau keprofesionalnya. Semua ini dilakukan dalam upaya mewujudkan kemampuan ganda. Kemampuan tersebut berguna untuk mengembangan pribadi secara utuh dan dapat mewujudkan keikutsertaan orang dewasa dalam perkembangan sosial budaya, ekonomi, dan tekhnologi secara bebas, seimbang dan beksinambungan.
Tujuan ganda merupakan Perwujudan yang ingin dikembangkan dalam aktifitas kegiatan dilapangan. Pertama, untuk mewujudkan pencapaian perkembangan sikap setiap individu. Kedua, untuk mewujudkan peningkatan keterlibatannya (partisipasi) dalam aktifitas sosial dari tiap individu yang bersangkutan.
Pendidikan bagi orang dewasa mencakup segala aspek pengalaman belajar yang diperlukan oleh orang dewasa, baik pria maupun wanita sesuai dengan bidang keahlian dan kemampuannya masing- masing. Dengan demikian, hal tersebut dapat berdampak positif terhadap keberhasilan pembelajaran orang dewasa yang terlihat pada perubahan perilaku menuju arah pemenuhan pencapaian kemampuan atau keterampilan yang memadai.
2.1.3 Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa
Pertumbuhan orang dewasa dimulai pada pertengahan masa remaja (adolescence) sampai dewasa. Pada tahap ini setiap individu tidak hanya memiliki kecendrungan tumbuh ke arah menggerakkan kemandirian, tetapi secara aktual mereka menginginkan orang lain memandang dirinya sebagai pribadi mandiri yang memiliki identitas diri. Dengan demikian, orang dewasa tidak menyukai jika dirinya dipandang sebelah mata apalagi dirinya diperlakukan seperti anak-anak.mereka mengharapkanpengakuan orang lain akan otonomi dirinya dan dijamin prifasinya untuk menjaga identitas diri.
Menurut Rogers dalam Knowles (1984), kegiatan belajar bertujuan untuk mengantarkan individu menjadi pribadi atau menemukan jati dirinya. Dalam proses belajar, pendidikan merupakan process of becoming a person, process of being shapes (bukan proses pembentukan), yaitu proses pengendalian dan manipulasi untuk menyesuaikan dengan orang lain, sedangkan menurut Maslow (1966), belajar merupakan proses untuk pencapaian aktualiasasi diri (self actualization). Aktualisasi diri seseorang akan bisa dicapai jika kebutuhan belajar pada tingkat dasar sudah terpenuhi.
Sesuai teori Pieget (1959) mengenai perkembangan psikologi, usia 12 tahun ke atas seorang individu sudah dapat berfikir dewasa, dalam arti mereka sudah mencapai perkembngan pikir formal operation. Pada tingkatan perkembangan ini individu sudah dapat memecahkan segala persoalan secara logis, berpikir secara ilmiah, serta dapat memecahkan masalah-masalah verbal yang kompleksatau secara singkat sudah tercapainya kematngan fungsi kognitifnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan sejak pertengahan masa remaja individu mengembangkan apa yang dikatakan “pengertian diri” (sense of identy).
Knowles (1984) mengembangkan konsepandragogi menjadi tiga asumsi pokok yang berbeda dengan pedagogi.
1. Pertumbuhan dan perkembangan seseorang bermula dari adanya konsep diri akan ketergantungan total atau menuju kemandirian diri sendiri.
2. Sebagaimana individu yang tumbuh matang, akan bnyak pengalaman yang di dapatkan. Oleh sebab itu, dalam tekhnologi adragogi terjadi penurunan penggunaan tekhnik pengalaman ( experimental technique). Maka penggunaan tekhnik diskusi, kerja laboratorium, simulasi, pengalaman lapangan, dan lainnya lebih banyak dipakai.
3. Pendidikan secara langsung atau tidak langsung, secara implisis atau eksplisit, pasti memainkan peranan besar dalam mempersiapkan anak dan orang dewasa untuk memperjuangkan eksistensinya di tengah masyarakat.
Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran untuk orang dewasa dapat di simpulkan sebagai berikut (Supriadi, 2006).
1. Orang dewasa dapat belajar dengan baik apabila mereka mengambil peran yang optimal dalam kegiatan-kegiatan yang mereka jalankan.
2. Orang dewasa dapatbelajar dengan belajar dengan baik apabila menyangkut hal-hal yang menarik bagi mereka dan bekaitan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila apa yang mereka pelajari bermanfaat dan praktis.
4. Dorongan semangat dan pengulangan yang terus-menerus akan membantu seseorang untuk belajar lebih baik.
5. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila mereka mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuan, kemampuan, dan keterampilannya dalam waktu yang cukup.
6. Proses belajar dipengaruhi oleh berbagai pengalaman masa lalu dan daya pikir dari peserta didik.
7. Rasa saling pengertian merupakan ciri-ciri utama dari orang dewasa dalam membantu pencapaian tujuan belajar.
2.1.4 Kondisi Pembelajaran Orang Dewasa
Pembelajaran yang di berikan kepada orang dewasa dapat efektif jika pengajar tidak terlalu mendominasi kelompok kelas, mengurangi banyak bicara, namun mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan alternatif-alternatif untuk mengembangkan kepribadian mereka. Orang dewasa dapat di kondisikan lebih aktif apabila mereka merasa ikut dilibatkan dalam aktifitas pembelajaran, terutama apabila mereka dilibatkan untuk memberi sumbangan pikiran dan gagasan yang membuat mereka merasa berharga bagi orang lain. Artinya, orang dewasa akan belajar lebih baik apabila pendapat pribadinya dihormati dan akan lebih senang jika mereka memberikan pikiran dan mengemukakan idenya, daripada pengajar yang hanya sekedar memberikan teoridan gagasannya sendiri kepada mereka.
Orang dewasa setidaknya memiliki perasaan bahwa dalam suasana/situasi belajar yang bagaimanapun, mereka boleh berbeda pendapat dan berbuat salah tanpa rasa terancam akan sutau sanksiyang ditujukan pada dirinya (dipermalukan, ditertawakan, atau dicemooh).
Keterbukaan seorang pengajar sangat membantu bagi kemjuan orang dewasa dalam mengembangkan potensi pribadinya dikelas atau di tempat pelatihan. Sifat keterbukaan untuk mengekspresikan diri dan terbuka dalam mendengarkan gagasan akan berdampak baik bagi kesehatan psikologis dan psikis mereka. Jalan terbaik hanyalah terciptanya suasana terbuka dalam segala hal. Oleh sebab itu, latar belakang pendidikan, kebudayaan, dan pengalaman masa lalu masing-masing individu dapat memberi warna yang berbeda pada setiap keputusan yang diambil. Pada akhirnya, orang dewasa ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Bagi orang dewasa ada kecendrungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan demikian, diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok sebagaibahan renungan, dimana renungan itu dapat mengevaluasi dirinya dan orang lain yang bisa saja memiliki perbedaan presepsi.
2.1.5 Pengaruh Penurunan Faktor Fisik dalam Pembelajaran Orang Dewasa
Proses belajar manusia berlangsung hingga akhir hayat (long life education). Namun ada korelasi negatif antara pertambahan usia dengan kemampuan belajar kemampuan belajar orang dewasa. Artinya, setiap individu yang dewasa akan semakin sulit belajarseiring dengan bertambahnya usia (aspek kemampuan fisiknya semakin menurun). Beberapa faktor secara psikologis dapat menghambat keikutsertaan orang dewasa dalam suatu program pendidikan terdapat pada penjelasan di bawah ini.
1. Ketajaman penglihatan yang mulai menurun.
2. Memerlukan penerangan yang baik dan mencukupi.
3. Menggunakan warna-warna yang kontras untuk alat-alat peraga.
4. Kemampuan pendengaran berkurang.
5. Kemampuan membedakan bunyi makin berkurang dengan bertambahnya usia. Dengan demikian, Bicara orang lain yang terlalu cepat makin sulit ditangkap.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan orang dewasadalam situasi belajar.
1. Terciptanya proses belajar adalah suatu proses pengalaman yang hendak diwujudkan oleh orang dewasa. Oleh sebab itu, kita bekewajiban memotivasi/mendorong orang dewasa untuk terus belajar agar mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi.
2. Setiap individu dewasa dapat belajar secara efektifbila individu tersebut mampu menemukan makna pribadi bagi dirinya dan memandang makna yang baik itu berhubungan dengan kebutuhan pribadinya.
3. Kadang kala proses pembelajaran orang dewasa kurang kondusif. Hal ini dikarenakan belajar hanya diorientasikan terhadap perubahan tingkah laku, sedangkan perubahan tingkah laku saja tidak cukup jika tidak diiringi perubahan untuk menghargai budaya bangsa yang luhur disamping metode berpikir tradisional yang sulit diubah.
4. Proses pembelajaran orang dewasa merupakan hal unik, khusus, dan bersifat individual. Setiap individu dewasa memiliki kiat dan strategi sendiri untuk mempelajari dan menemukan pemecahan masalah yang dihadapi dalamm pembelajaran tersebut. Dengan adanya peluang untuk mengamati kiat dan strategi individu lain dalam belajar diharapkan hal itu dapat memeperbaiki dan menyempurnakan gaya belajar yang efektif.
5. Faktor pengalaman masa lalu sangat berpengaruh pada setiap tindakan yang akan dilakukan, sehingga pengalaman yang baik perlu digali dan ditumbuhkembangkan kearah yang lebih bermanfaat.
6. Pengebangan intelektualitas seseorang melalui suatu proses pengalaman secara bertahap dapat dikembangkan. Optimalisasi hasil belajar dapat x,bdicapai apabila setiap individu dapat memperluas pola pikirnya.
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses evolusi, artinya penerimaan ilmu tidak dapat dipaksakan begitu saja, tetapi dilakukan secara bertahap melalui suatu urutan proses tertentu.Dalam kegiatan pendidikan, umumnya pendidik merencanakan materi pengetahuan dan keterampilan yang akan diberikan jauh hari sebelumnya. Merka mengatur materi ke dalam unit-unit, kemudian memilih alat yang paling efisien untuk menyampaikan unit-unit dan materi tersebut, misalnya ceramah,, membaca, laboratorium, audio-video, dan lain-lain. Selanjutnya mengembangkan suatu rencana untuk menyampaikan unit-unit ini dalam suatu bentuk urutan. Dalam andragogi, pendidik/fasilitator mempersiapkan dengan matang satu perangkat prosedur untukmelibatkan siswa, selanjutnya dalam prosesnya melibatkan elemen-elemen sebagai berikut : (a) menciptakan iklim yang mendukung belajar, (b) menciptakan mekanisme untuk perencanaan bersama, (c) mendiagnosis kebutuhan-kebutuhan belajar, (d) merumuskan tujuan-tujuan program yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan belajar, (e) merencanakan pola pengalaman belajar, (f) melakukan pengalaman belajar ini dengan teknik-teknik dan meteri yang memadai, serta (g) mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosis kembali kebutuhan-kebutuhan belajar (Dryden et al. 1994).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Supaya dapat memberikan pengajaran yang optimal, maka kita perlu memahami karakter dari peserta didik dewasa sepeti yang dijelaskan dibawah ini.
1. Orang dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda-beda.
2. Orang dewasa lebih suka di beri saran daripada di gurui
3. Orang dewasa lebih memberikan perhatian pada hal-hal yang menarik bagi mereka dan kebutuhannya.
4. Orang dewasa lebih suka dihargai daripada di beri hukuman atau disalahkan.
5. Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecendrungan untuk menilai lebih randah menilai kemampuan belajarnya.
6. Apa yang dilakukan orang dewasa menunjukkan tahap pemahamannya.
7. Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama.
8. Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan itikad yang baik, adil, dan masuk akal.
9. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya. Oleh karena itu, mereka lebih cenderung tidak mau bergantung pada orang lain.
10. Orang dewasa lebih suka hal-hal yang praktis.
11. Orang dewasa membutuhkan waktu yang lama untuk dapat akrab dan menjalin hubungan dekat dengan teman baru.
Keberhasilan andragogi juga ditentukan oleh kemampuan pengajar dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif. Keyakinan belajar akan potonsi manusia dan kemampuan semua peserta didik untuk belajar dan berprestasi marupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Pengajar harus memahami bahwa perasaan dan sikap peserta didik akan terlibat dan bepengaruh kuat pada proses belajarnya. Secara umum karakteristik pengajar pada orang dewasa di antaranya sebagai berikut.
1. Menjadi bagian dari kelompok yang diajar.
2. Mampu menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar mengajar.
3. Mempunyai rasa tnggung jawab yang tinggi, pengabdian, dan idealisme untuk kerjanya.
4. Menirukan atau mempelajari kemampuan orang lain.
5. Dapat menyadari kelemahan, tingkat keterbukaan, dan kekuatannya. Mereka tahu bahwa diantara kekuatan yang dimiliki dapat menjadi kelemahan pada situasi tertentu.
6. Dapat melihat permasalahan dan dapat menentukan pemecahannya.
7. Peka dan mengerti perasaan orang lain melalui pengamatan.
8. Mengetahui bagaimana meyakinkan dan memperlakukan orang lain.
9. Selalu optimis dan mempunyai itikad baik terhadap orang lain.
10. Menyadari bahwa “Perannya bukan mengajar, tetapi menciptakan iklim untuk belajar”.
11. Menyadari bahwa segala sesuatu mempunyai segi positif dan negatif.
3.2 Kritik dan Saran
Dalam pembuatan makalah kami ini kami menyadari masih banyak kekurangan, maka dari sebab itu kami meminta kritik dan saran dari pembaca agar dalam pembuatan makalah kami yang selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar